Traumatic Effect of Bullying


Bully-ing? Mungkin tidak asing lagi mendengar kata yang satu ini. Dilansir dari bullying.co.uk, bullying biasanya didefinisikan sebagai perilaku berulang yang dimaksudkan untuk melukai seseorang baik secara emosional maupun fisik, bully sering ditujukan pada orang tertentu karena ras, agama, jenis kelamin, orientasi seksual, penampilan, hingga kondisi fisik seseorang.
"Kamu kok jadi pendiam?"
"Kenapa jadi jarang bicara?"
"Kamu jadi anak asosial ya sekarang?"

Pertanyaan ini sering banget aku terima dan aku hanya bisa tersenyum tiap ditanya hal seperti itu tanpa menggubris pertanyaannya hehehe.
Sebelum aku menceritakan lebih dalam akar penyebab pertanyaan-pertanyaan seperti ini sering dilontarkan ke aku dan jawabannya seperti apa, mungkin aku akan menceritakan pengalaman aku menjadi "korban bullying" secara runtut.

*Bermula dari waktu aku SD sekitar tahun 2007-2009*
Ada salah satu teman kelasku, seorang perempuan berinisal A. Entah bagaimana mulanya, dia adalah seseorang yang memiliki kekuasaan lebih di sekolah (dalam hal pergaulan) dan semua murid takut serta tunduk padanya, tidak terkecuali murid-murid cowok. Dia kerap bertindak semena-mena dan sesukanya. Sampai suatu hari aku diminta untuk bergabung dalam "grupnya". Syarat yang harus aku penuhi saat aku bergabung dengan grup A pun terbilang cukup "menyebalkan", aku harus menjauhi sahabat aku Tarina. Oiya, saat SD aku hanya memiliki 3 sahabat yaitu Tarina, Andhika dan Afif. Selain menjauhi Tarina, dalam 1 grup itu kemana-mana kami harus berbarengan dan aku bagian bawain belanjaan ataupun barangnya (udah kayak drama tv kali ya yang ibaratnya geng populer di sekolah dan aku babunya wkwk) dan masih banyak lagi yang aku pun males untuk mengingatnya.

Puncaknya, saat A menyukai salah satu cowok di sekolah yang tergolong populer dan tampan, dan ternyata cowok itu adalah sahabatku sendiri yaitu Andhika. Namun yang menjadi akar permasalahan adalaaaaahhhh ketika A mengetahui bahwa Andhika ini dekat dengan aku. A tidak berfikiran bahwa kami bersahabat, yang A sangka yaitu kami "dekat/pacaran" (ealah, anak SD mana tau pacaran ya hahaha). Dan emang nyebelinnya Andhika, dia sempat ngomong secara langsung ke A kalau dia sangat tidak menyukai A dan meminta A untuk menjauhinya karena dia sudah berpacaran dengan Citra" (padahal jaman SD aja aku gak ngerti cinta itu apaan, mana lagi pacaran ckck). Kata Andhika, itu merupakan strateginya, karena ia berfikir kalau dia menyebut namaku dan mengatakan kalau kami berpacaran, A akan menjauhinya karena tidak enak dengan aku (ini aku ceritanya sambil emosi nih ingatnya wkwk dia gak tau aja dampaknya parah ke aku setelah ini). 
Sejak saat itu, A pun sedikit "ringan tangan". Aku sering dipukul, dicubit, ditampar, didorong, ditendang, dijambak oleh A dan parahnya dia terkadang menyuruh teman lainnya untuk melakukan hal yang sama ke aku (bahkan saat ini aku masih mengingat secara jelas dan detail kejadiannya). Aku menutupi semuanya bahkan ke orang tuaku sendiri karena aku takut (Fyi, aku baru menceritakan semua yang aku alami ini saat aku kuliah dan orang tuaku menyayangkan mengapa aku menutupinya selama ini).
Selain itu, tiap minggu di sekolahku akan ada pengumuman berbagai kategori murid ter-ter-ter (maksudnya ter-rajin, ter-pintar, ter-sopan, ter-rapi dan lain sebagainya), dan aku selalu mendapatkan reward dari salah satu kategori tersebut di tiap minggunya. Alhamdulillah juga aku selalu mendapatkan peringkat 1 di tiap semesternya namun hal ini membuat A makin tidak menyukai aku dan perlakuan A kepada aku makin menjadi-jadi menurutku.
Oiya, tidak hanya aku yang mengalami bullying secara fisik bahkan ada temanku yang sampai nekat melakukan operasi tanda lahir di mukanya karena sering diledek "tompel" dan dicubit bagian tanda lahirnya tersebut oleh A (dia adalah korban bullying yang sering dilakukan oleh A, sama kayak aku. Padahal menurutku tanda lahirnya cantik di wajahnya, mungkin hanya saja dia tidak kuat menahan bully yang dialami tiap hari). 
Tiap hari aku mencoba menerima dan menguatkan hati semua perlakuan yang aku alami sampai pada akhirnya aku lulus. Hal yang aku terima selama bertahun-tahun ini yang membuat aku trauma dalam hal pertemanan. Bahkan saat aku ditanya A akan melanjutkan pendidikan kemana setelahnya, aku mencoba berbohong untuk menghindari A yang ditakutkan akan mengikuti jejakku. Aku mendaftar di salah satu SMP favorit di dekat rumahku dan dia mendaftar di SMP yang aku sebutkan ke dia. Alhamdulillah, aku dan dia diterima di sekolah pilihan masing-masing. Namun ada berita yang membuat aku sedikit kasian pada dia. Katanya, dia kerap kali diperlakukan tidak baik oleh kakak tingkat dan teman-teman disana. Seperti mendapatkan perlakuan yang sama dengan apa yang A lakukan dulu ke teman-temannya. Sampai sekarang aku tidak tau lagi kabarnya. Tapi di satu sisi aku merasa sangat bahagia. Bukan karena ia mendapatkan hal yang setimpal, bukan sama sekali. Tapi aku bahagia bisa lepas dari segala perlakuan kasar A ke aku. Allah sangat baik. Aku pun tak berhenti doa kala itu semoga apa yang dia alami saat ini bisa menyadarkan dia.
Saat aku lulus, aku sungguh menyambut masa-masa SMPku dengan sangat bahagia, namun ternyata itu hanya harapanku saja. Realitanya.......

*Berlanjut di Masa SMP* 
Aku sangat bahagia bisa diterima di SMP favorit di Jayapura bersama sahabatku Tarina. Awalnya, semua terlihat biasa-biasa saja. Teman-teman sangat baik, tak ada kekerasan (ini yang sangat aku pantau), saling rukun satu dengan lainnya. Namun, semua berubah ketika salah satu teman kelasku berinisal A juga yang sangat membenci aku. Aku bahkan tidak tau awal mulanya mengapa ia sangat membenci aku. Jadi, A ini adalah seorang cowok terkenal di sekolah karena sangat pintar. Dia pun memiliki teman grup yang sangat "loyal dan care" ke dia (saat itu aku pun sempat kagum dengan dia). Tapi ada sedikit yang berbeda dengan perlakuannya di 2 bulan awal sekolah. Terlihat sekali dia sangat sinis menatapku, menjauhi aku bahkan mengucapkan kata kasar ke aku. Lama-lama aku pun muak dengan segala perilakunya yang menimbulkan "rasa benci mendalam tanpa alasan" kala itu. Bahkan kebencian kami berdua tidak hanya terkenal di angkatan kami dan kakak tingkat, bahkan sampai kalangan guru dan kepala sekolah (haha ini aku gak tau gimana cerita awalnya sampai guru dan kepsek bisa pada tau). Di sekolah kami memang selalu bersaing, aku peringkat 1 dan dia peringkat 2. Setiap perlombaan kami berdua selalu diikutsertakan dan terkadang salah satu dari kami memilih untuk mengundurkan diri bila ada lomba yang dimana kami berdua dijadikan 1 kelompok. Kami pernah diminta bermaaf-maafan dan bersalaman di depan guru-guru karena menyayangkan sikap kami yang sangat membenci tanpa alasan jelas ini dan ditakutkan kedepannya menjadi tidak sehat bagi pertemanan kami. Kami melakukannya sebagai formalitas saja kala itu, setelahnya tidak ada yang berubah dari sikap kami berdua.
A memiliki seorang adik perempuan yang sangaaaaat akrab dengan aku. Tiap hari kami chattingan dan curhat. Bayangkan, aku bermusuhan dengan kakaknya tapi aku sengat bersahabat dengan adik kandungnya. Tapi alhamdulillah aku bisa menempatkan dengan baik rasa benciku kala itu, sehingga tidak berimbas pada adeknya dan aku murni menganggapnya sebagai adikku sendiri sehingga kami sangat akrab. Untuk hal ini, A mengetahuinya dan sama sekali tidak melarangnya. Aku beranggapan bahwa A tidak sepenuhnya membenci aku dan aku sempat berfikir alasan dia membenci aku karena hasutan teman baiknya (6 orang sahabat perempuannya).
Hal ini bermula, ketika Tarina memberitahuku tentang tulisan cerita pendek yang menceritakan aku yang dibuat "sejelek mungkin" menurut pandangan orang. Wajar saja aku sangat sakit hati kala itu dan sempat menuduh A lah yang membuat rekayasa tersebut. Mungkin saat ini kalian ada yang berfikir "kok gitu aja sakit hati sih? kan cuma tulisan". Hehe, kalau saat ini mungkin aku anggapnya emang rada lebay kalau sampai sakit hati, tapi berhubung saat itu masih kecil dan ceritanya emang bener-bener bikin nyesek di hati jadi emosinya masih labil dan ikut terpancing jadi menurutku wajar saja hihi (namun setelah 2 tahun , aku diberi tau salah satu dari temannya kalau yang membuat cerita tersebut adalah salah satu dari mereka karena sangat tidak menyukai aku dan A selalu diadu domba yang menyebabkan A selalu benci sama aku, akhirnya disini aku percaya kalau A murni kehasut teman-temannya karena bila diingat kami emang gak pernah ada masalah sebelumnya dan tiba-tiba membenci. Akhirnya aku dan A mulai berteman di tahun 2016 saat aku SMA, walaupun sangat canggung rasanya sampai sekarang). Oiya, Fyi, ini juga tergolong bully secara verbal ya dan berbahaya dampaknya bila dilakukan secara terus-menerus terhadap korban.
Selain tulisan itu, aku juga mendaoatkan bully-ing berupa tulisan di kertas yang aku terima di meja tiap pagi hari berisi umpatan, kebencian dan ancaman-ancaman mengerikan, pernah dikunci di kamar mandi, kursiku ditempel permen karet, buku PR tiba-tiba disembunyikan di lemari sapu, tempat sampah dan lain-lain.

Ada juga momen dimana aku pernah difitnah (salah satu bentuk bully secara verbal). Saat itu, aku bersama 4 temanku ke kantin saat jam istirahat dan baru kembali ke kelas saat jam masuk berbunyi. Tidak lama ketika pelajaran dimulai, salah satu teman baiknya A itu mengatakan dompetnya hilang saat jam istirahat dan saat itu juga dilakukan penggeledehan di kelas. Dan aku sangat kaget serta tidak menyangka, dompetnya yang hilang itu ditemukan dalam tas ku. Aku langsung di sorakin oleh teman-teman kelas begitupun teman-teman A dengan segala omongannya yang meembuat suasana makin gaduh. Untung saat itu yang sedang mengajar adalah guru yang sangat baik dan akrab ke aku selama ini sehingga permasalahan tersebut diselesaikan dikelas tanpa dibawa ke ruang BK. Alhamdulillah, teman-temanku yang ikut bersamaku ke kantin menceritakan secara detail bahwa kami bersama ke kantin saat jam istirahat dan sangat tidak mungkin aku mengambil dompet temanku itu (mereka menjamin aku selalu bersama mereka saat itu). Guruku pun memahami kejanggalan tersebut dan Beliau pun mempercayai aku tidak mungkin melakukan hal tersebut. Berniat melakukannya pun aku tidak pernah apalagi sampai benar-benar melakukannya.
Kemudian, aku juga pernah difitnah yang lebih parah bersama 4 temanku yang lain (orang yang berbeda dengan yang certia kantin tadi). Mungkin ini aku tidak bisa menceritakan secara detail namun karena fitnah ini aku pernah bolak balik dibawa ke ruang BK, tidak boleh mengikuti pelajaran, "ditakuti" akan dibawa ke polisi dan akan diberitahu ke orang tua bila tidak jujur. Aku terus saja menangis di dekat telaga sekolah dan aku pun tidak berani pulang ke rumah. Tapi alhamdulilah aku sangat bersyukur karena aku terbukti tidak terlibat sama sekali dan hanya difitnah.

Di masa-masa SMP, aku memang tidak menerima bully-ing secara fisik (seperti yang aku alami saat SD), namun lebih ke arah bullying secara verbal. Percayalah, dampak dari keduanya sangat membentuk pribadiku seperti saat ini, seorang perempuan yang sangat pendiam dan tertutup.

Oiya, banyak yang merasa kok aku cuma dekat sama Tarina. Hehe sebenarnya aku dekat dengan banyak orang namun aku cuma punya 1 "pendengar dan sahabat" menurut aku yaitu Tarina karena efek bully yang aku alami sejak SD membuat aku tidak ingin berteman dengan orang lain selain Tarina dan cuma dia yang ada buat citra selama 11 tahun ini. Aku takut membuka jalinan pertemanan baru karena aku masih trauma. Dan aku mulai menjadi pendiam dan terlihat "antisosial" ketika Tarina meninggal tahun 2014. Karena menurutku, aku kehilangan sosok pendengar sekaligus sahabat terbaik yang pernah aku miliki melewati masa masa bully-ing aku dan masa-masa sekolah aku. Itulah alasan mengapa aku berbeda sejak tahun 2014. Tapi saat ini aku tidak menutup kemungkinan untuk berteman dengan yang lain karena saat ini aku merasa sudah bangkit dari trauma fisik dan verbal bully-ing yang aku alami dan aku ingin mencari kebahagiaanku lagi ^^
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Jadi, disini aku hanya ingin menceritakan sedikit pengalamanku menjadi korban bullying yang nyatanya berdampak pada sikapku di lingkungan pertemanan. Aku menjadi sangat tertutup untuk menjalin pertemanan dan traumatic yang dialami sangat membekas di ingatan. Please, buat siapa pun yang meremehkan atau melakukan tindakan bullying. Hentikan sekarang juga. Meski menurutmu terlihat sangat remeh, tapi tindakan perbuatan bullying sangat menyakiti perasaan dan mental kita para korban.
Tolonglah, stop tindakan bullying...
Kita ingin hidup tenang.
Kita ingin hidup secara normal.
Ingin bahagia menjalani kehidupan.
Kita lelah diganggu....
Oleh orang-orang seperti kamu.
Kita letih, berat sekali rasanya...
Terus menerus mengobati luka akibat bullying tanpa henti...
Banyak hari-hari berat yang kita lewati selama menjadi korban bullying...
Jadi, tolonglah, stop tindakan bullying...
SAY NO TO BULLYING !!!!! :)

0 komentar